Laman

Sabtu, 18 Juli 2015

HIKMAH IBADAH QURBAN BERDASARKAN AL-QUR’AN DAN SUNNAH



HIKMAH IBADAH QURBAN BERDASARKAN AL-QUR’AN DAN SUNNAH

Puja dan Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan kenikmatan kepada kita sangat banyak sehingga kita sendiri tidak akan mampu menghitung nikmat-nikmat itu. Karenanya dalam permasalahan nikmat, Allah Swt tidak memerintahkan kita untuk menghitungnya tapi kita diperintahkan untuk mensyukurinya.
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيْدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيْدٌ (إبراهيم: 7)
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Ibrahim ayat 7).

Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad Saw, beserta keluarga, sahabat dan para pengikut setia serta para penerus dakwahnya hingga hari kiamat nanti.

Pada hari yang mulia ini, 10 Dzulhijah 1433 H seluruh umat Islam memperingati hari raya Idul Adha atau hari raya qurban. Sehari sebelumnya, 9 Dzulhijah 1432 H, jutaan umat Islam yang menunaikan ibadah haji melaksanakan wuquf di padang Arafah, berkumpul di Arafah dengan memakai ihram putih sebagai lambang kesetaraan derajat manusia di sisi Allah, tidak ada keistimewaan  antara satu bangsa dengan bangsa yang lainnya kecuali takwa kepada Allah. Adapun kita yang tidak pergi haji, disunnahkan melaksanakan ibadah puasa Arafah pada tanggal 9 Zulhijjah tersebut.
Sabda Nabi Saw:
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ، وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ.
Puasa Arofah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim).

Dan Hari ini juga kita kembali di  ingatkan kepada kisah seorang kholilulloh kekasih Allah SWT,  nabi Ibrahim as yang Allah uji kecintaannya, antara cintanya kepada keluarga (nabi Ismail as dan Siti hajar)  dengan cintanya kepada Allah. Kecintaan nabi Ibrahim As kepada Allah SWT sungguh luar biasa, yaitu Allah memerintahkannya untuk menyembelih anak kesayangannya nabi Ismail As. Kisah ini tertulis di dalam Al-Qur’an di dalam surah As-Shaaffaat yang bermaksud:

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang Kemudian, (yaitu) "Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim". Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia (yaitu Nabi Ibrahim) termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.

Yang dimaksud dengan membenarkan mimpi ialah mempercayai bahwa mimpi itu benar dari Allah s.w.t. dan wajib melaksana- kannya. Lalu, Sesudah nyata kesabaran dan ketaatan Ibrahim dan Ismail a.s. Maka Allah melarang menyembelih Ismail dan untuk meneruskan korban, Allah menggantinya dengan seekor sembelihan (kambing). Peristiwa ini menjadi dasar disyariatkannya Qurban yang dilakukan pada hari raya haji.

Ketaqwaan kita kepada Allah bisa teruji dengan adanya ibadah qurban ini, seorang yang akan melaksanakan ibadah qurban jangan sampai salah berniat. Qurban bukan untuk memperlihatkan kekayaannya, qurban bukan untuk memperlihatkan kedermawanannya, tetapi qurban adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah, qurban adalah upaya kita untuk meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah, sebab Allah SWT berfirman di dalam surah Al-Hajj ayat 37:
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.”

Ibadah qurban ini adalah syariat dan syiar dari Allah SWT, maka barangsiapa yang meninggikan syiar-syiar Allah itulah orang yang memiliki ketaqwaan sebenar-benarnya di dalam hatinya.
Lalu Apa sebenarnya makna dan hikmah yang terkandung di dalam ibadah berqurban ini? Berdasarkan hadits-hadits Nabi Saw, beliau telah menerangkan beberapa hikmah dari ibadah berqurban, di antaranya yaitu:

1.      KEBAIKAN DARI SETIAP HELAI BULU HEWAN KURBAN
عَنْ زَيْدٍ بْنِ أَرْقَمَ قال: قال أَصْحَابُ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم: يا رسولَ اللهِ مَا هذِهِ الْأَضَاحِي؟ قال: "سُنَّةُ أَبِيْكُمْ إِبْرَاهِيْمَ عَلَيْهٍئِ الصلاةُ والسلامُ"، قالوا: فَمَا لَنَا فِيْهَا يَا رسولَ اللهِ؟. قال: "بِكُلِّ شَعْرَةٍ حَسَنَةٌ"، قالوا فَالصَّوْفُ يا رسولَ الله؟، قال: "بِكُلِّ شَعْرَةٍ مِنَ الصَّوْفِ حَسَنَةٌ، رواه أحمد وابن ماجه والحاكم.
Dari Zaid ibn Arqam, ia berkata para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah SAW, apakah qurban itu?” Rasulullah menjawab: “Qurban adalah sunnahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim.” Mereka menjawab: “Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan qurban itu?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan.”Mereka menjawab: “Kalau bulu-bulunya?”Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan.” [HR. Ahmad, ibn Majah dan Al Hakim]

Hadits di atas menerangkan dengan jelas betapa banyaknya pahala dan kebaikan bagi orang yang berqurban. Hadirin pernah tak menghitung jumlah bulu-bulu kambing atau domba atau lembu? Mungkin membayangkan banyaknya saja tidak pernah apalagi menghitungnya. Jadi, semakin besar hewan yang kita jadikan qurban maka semakin banyak pula pahala yang kita peroleh. 

2.      BERKURBAN ADALAH CIRI KEISLAMAN SESEORANG
Di antara cirri-ciri orang Islam yang baik adalah selalu meningkatkan keislamannya dengan meninggikan syiar Allah. Pada bulan ini, orang Islam disyariatkan untuk berqurban, qurban ini tidak terbatas bagi yang kaya saja tetapi juga bagi siapa yang berkemampuan untuk berqurban maka sangat dianjurkan. Nabi Saw bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ - رَضِيَ اللهُ عَنْهُ - قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وآله وسلم: مَنْ كَانَ لَهُ مَالٌ فَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يُقَرِّبَنَّ مُصَلَّانَا".
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami.” [HR. Ahmad dan Ibnu Majah]

3.      IBADAH KURBAN ADALAH SALAH SATU IBADAH YANG PALING DISUKAI OLEH ALLAH
Sebenarnya banyak amal ibadah yang paling disukai oleh Allah, seperti shalat, berpuasa, membaca Al Qur’an dan lain sebagainya. Namun pada hari raya qurban ini, amalan yang paling Allah sukai adalah berqurban. Maka tatkala amal ibadah itu Allah sukai, pasti lah ia memiliki nilai yang tinggi di sisi Allah SWT. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Saw yang artinya:
عَنْ عَائِشَةَ رضي اللهُ عنها قالت: قال رسولُ الله صلى الله عليه وآله وسلم: مَا تَقَرَّبَ إِلَى اللهِ تَعَالَى يَوْمَ النَّحْرِ بِشَيْءٍ هُوَ أَحَبُّ إِلَى اللهِ تَعَالَى مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ، وَأَنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُوْنِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلَافِهَا، وَإِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللهِ تَعَالَى بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ عَلَى الْأَرْضِ، فَطَيِّبُوْا بِهَا نَفْسًا".
Dari Aisyah, Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada amalan anak cucu Adam pada hari raya qurban yang lebih disukai Allah melebihi dari mengucurkan darah (menyembelih hewan qurban), sesungguhnya pada hari kiamat nanti hewan-hewan tersebut akan datang lengkap dengan tanduk-tanduknya, kuku-kukunya, dan bulu- bulunya. Sesungguhnya darahnya akan sampai kepada Allah –sebagai qurban– di manapun hewan itu disembelih sebelum darahnya sampai ke tanah, maka ikhlaskanlah menyembelihnya.” (HR. Ibn Majah dan Tirmidzi).

4.      BERKURBAN MEMBAWA MISI KEPEDULIAN PADA SESAMA, MENGGEMBIRAKAN KAUM DHUAFA
Ibadah qurban merupakan satu cara untuk mempertingkatkan sikap toleransi di antara sesama umat Islam, dengan qurbannya itu orang Islam yang berkemampuan bisa menyenangkan kaum dhuafa’ yang mungkin belum pernah atau jarang memakan daging kambing atau lembu. Di zaman sekarang ini kita sedang mengalami kesulitan ekonomi, tetapi sulitnya ekonomi kita ini tidaklah sesulit orang-orang miskin yang ada disana dan di sekitar kita. Kalau kita bisa tiap hari makan daging, mungkin orang miskin hanya bisa merasakan daging sebulan sekali atau bahkan setahun sekali. Nabi Saw bersabda yang artinya:
“Hari Raya Qurban adalah hari untuk makan, minum dan dzikir kepada Allah” [HR. Muslim]

5.      BERKURBAN ADALAH IBADAH YANG PALING UTAMA
Allah SWT berfirman di dalam surah Al-Kautsar ayat 2:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah.” [Qur’an Surat Al Kautsar : 2]

Di dalam Majmu’ Fatawa karangan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, beliau ketika menafsirkan ayat kedua surat Al-Kautsar ini menguraikan: “Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan Rasulullah Saw untuk mengumpulkan dua ibadah yang agung ini yaitu shalat dan menyembelih qurban, ini untuk menunjukkan sikap taqarrub (dekat kepada Allah), tawadhu’ (rendah hati), merasa perlu kepada Allah SWT, husnuz-zhan (berbaik sangka kepada Allah), keyakinan yang kuat dan ketenangan hati kepada Allah SWT, menepati janji kepada Allah, melaksanakan perintahnya, serta keutamaan semuanya itu di sisi Allah.” Beliau juga menegaskan: “Ibadah harta benda yang paling mulia adalah menyembelih qurban, sedangkan ibadah badan yang paling utama adalah shalat.
Allah SWT berfirman:
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ (الأنعام: 162)
“Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadahku (kurban), hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” [Qur’an Surat Al An’am : 162]

6.      MENGENANG UJIAN KECINTAAN DARI ALLAH KEPADA NABI IBRAHIM
Di atas tadi khatib telah menerangkan kisah nabi Ibrahim As dan Ismail As yang tertulis di dalam Al Qur’an. Intinya, Kecintaan nabi Ibrahim As kepada Allah dan kesabaran serta kebijaksanaan nabi Ismail As sebagai seorang anak yang shaleh telah teruji.

Sosok Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail adalah sosok manusia yang berkualitas tinggi. Dengan pengertian, bahwa manusia berkualitas adalah manusia yang hidupnya penuh dengan pengabdian dan pengorbanan yang bersendikan pada unsur-unsur keikhlasan, kesabaran, dan keseimbangan dalam berpikir dan bertindak. Keempat unsur tersebut merupakan sebagian dari dasar-dasar untuk menjaga hubungan baik dengan Allah dan manusia, yang dengan istilah lain disebut dengan berakhlaqul karimah.

Dalam upaya meningkatkan kualitas bangsa, kita memerlukan manusia yang berbudi pekerti tinggi. Namun sangat disayangkan, bersamaan dengan kampanye peningkatan kualitas bangsa, kita justru menyaksikan gejala-gejala krisis akhlak yang sangat memprihatinkan. Umat manusia saat ini sedang mengalami pergeseran nilai dan krisis akhlak, panutan anak-anak kita sekarang bukan lagi para sahabat dan ulama-ulama, tetapi sudah berpindah kepada para artis-artis barat

Membaca Al-Qur’an dan ke masjid dianggap sesuatu yang aneh, tetapi pergi ke tempat karaoke merupakan hal yang biasa. Fikiran anak-anak kita sedang dikotori dengan nyanyian-nyanyian cengeng, tarian-tarian yang tidak memperlihatkna rasa sopan seperti tarian yang berasal dari Korea, dan lain-lain.

Rasa malu, hormat, cinta kasih sedikit demi sedikit mulai hilang dalam diri kita, berganti dengan sifat-sifat cuek, halal dan haram menjadi kabur. Kita tidak lagi menghormati seseorang karena akhlaknya, tetapi karena kekayaan dan pangkatnya.

Dampak keadaan seperti itu pada lapisan masyarakat bawah adalah meningkatnya tindak tanduk kejahatan, berupa pembunuhan sadis, perampokan, perkosaan, perkelahian remaja, dan sebagainya. Sedangkan pada lapisan masyarakat atas tampak pada maraknya praktek korupsi, monopoli, dan lain sebagainya. Anak-anak muda yang kita harapkan menjadi tulang punggung negara di masa mendatang telah termakan oleh budaya-budaya asing yang tidak baik.

Krisis akhlak itulah tantangan paling berat yang kita hadapi saat ini. Sebagai umat Islam, sudah selayaknya kalau kita kembali kepada nilai-nilai Alquran dan sunah Rasul dalam mencari jalan keluar.

Semoga kita mampu melaksanakan ibadah qurban ini dengan sebaik-baiknya. Kalau kita tidak mampu melaksanakannya tahun ini, semoga kita mampu berqurban di tahun yang akan datang. Kalau kita yang tidak mampu berqurban, mudah-mudahan anak-anak kita yang diberikan kemampuan untuk berqurban. Paling tidak, ada salahsatu dari keluarga kita yang berqurban.



KESALAHAN-KESALAHAN DALAM ADZAN DAN IQAMAHDAN CONTOH ADZAN DENGAN 3 VARIASI LAGU (BAYYATI, HIJAZ & RAST)


Berikut ini adalah penjelasan tentang kesalahan-kesalahan dalam melantunkan adzan dan juga iqamah, dengan harapan kita semua dapat mengumandangkan adzan dan iqamah dengan lebih baik dan benar. Di akhir video ini juga ada contoh-contoh Adzan dengan 3 variasi lagu: Bayyati, Hijaz dan Rast.


Islam adalah satu-satunya agama yang menyeru ummatnya untuk beribadah dengan menggunakan panggilan suara yang dikenal dengan Adzan. Adzan merupakan ibadah sunnah yang patut dikerjakan oleh seorang muslim. Bukan hanya di dunia, keutamaan seorang muadzdzin juga akan dia terima di akhirat kelak. Berikut adalah beberapa hadits Nabi Muhammad Saw yang menjelaskan tentang fadhilat atau keutamaan adzan:

1. Setan Menjauh Saat Mendengar Azan

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 
إِذَا نُودِىَ بِالأَذَانِ أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ لَهُ ضُرَاطٌ حَتَّى لاَ يَسْمَعَ الأَذَانَ فَإِذَا قُضِىَ الأَذَانُ أَقْبَلَ فَإِذَا ثُوِّبَ بِهَا أَدْبَرَ فَإِذَا قُضِىَ التَّثْوِيبُ أَقْبَلَ يَخْطُرُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَنَفْسِهِ يَقُولُ اذْكُرْ كَذَا اذْكُرْ كَذَا. لِمَا لَمْ يَكُنْ يَذْكُرُ حَتَّى يَظَلَّ الرَّجُلُ إِنْ يَدْرِى كَمْ صَلَّى فَإِذَا لَمْ يَدْرِ أَحَدُكُمْ كَمْ صَلَّى فَلْيَسْجُدْ سَجْدَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ
Apabila azan dikumandangkan, maka setan berpaling sambil kentut hingga dia tidak mendengar azan tersebut. Apabila azan selesai dikumandangkan, maka ia pun kembali. Apabila dikumandangkan iqomah, setan pun berpaling lagi. Apabila iqamah selesai dikumandangkan, setan pun kembali, ia akan melintas di antara seseorang dan nafsunya. Dia berkata, “Ingatlah demikian, ingatlah demikian untuk sesuatu yang sebelumnya dia tidak mengingatnya, hingga laki-laki tersebut senantiasa tidak mengetahui berapa rakaat dia shalat. Apabila salah seorang dari kalian tidak mengetahui berapa rakaat dia shalat, hendaklah dia bersujud dua kali dalam keadaan duduk.” (HR. Bukhari no. 608 dan Muslim no. 389)
Ibnul Jauzi mengatakan, “Suara azan membuat setan takut sehingga pergi jauh. Karena dalam kumandang azan sulit terjangkit riya’ dan kelalaian. Hal ini berbeda dengan shalat, hati mudah diserang oleh setan dan ia selalu memberikan pintu was-was.” Sampai-sampai Abu ‘Awanah membuat judul suatu bab “Dalil bahwa orang mengumandangkan azan dan iqomah tidak dihinggapi was-was setan dan sulit terjangkit riya’ karena setan menjauh darinya.” (Fathul Bari, 2: 87).
2. Yang Mendengar Adzan Akan Menjadi Saksi Bagi Muadzin pada Hari Qiamat
Dari Abu Sa’id Al Khudri, ia berkata bahwa ia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لاَ يَسْمَعُ مَدَى صَوْتِ الْمُؤَذِّنِ جِنٌّ وَلاَ إِنْسٌ وَلاَ شَىْءٌ إِلاَّ شَهِدَ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Tidaklah suara azan yang keras dari yang mengumandangkan adzan didengar oleh jin, manusia, segala sesuatu yang mendegarnya melainkan itu semua akan menjadi saksi pada hari kiamat.” (HR. Bukhari no. 609). 
Termasuk juga di sini jika yang mendengar adalah hewan dan benda mati sebagaimana ditegaskan dalam riwayat Ibnu Khuzaimah. Dalam riwayat lain disebutkan,
الْمُؤَذِّنُ يُغْفَرُ لَهُ مَدَى صَوْتِهِ وَيَشْهَدُ لَهُ كُلُّ رَطْبٍ وَيَابِسٍ
Muadzin diberi ampunan dari suara kerasnya saat azan serta segala yang basah maupun yang kering akan menjadi saksi baginya pada hari kiamat.” (HR. Abu Daud no. 515, Ibnu Majah no. 724, dan An Nasai no. 646. Sanad hadits ini hasan sebagaimana dinilai oleh Al Hafizh Abu Thohir). Termasuk juga yang mendengarnya adalah malaikat karena sama-sama tidak terlihat seperti jin. Lihat Fathul Bari, 2: 88-89.
3. Kalau Tahu Keutamaan Adzan Pasti Akan Jadi Rebutan
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِى النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الأَوَّلِ ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلاَّ أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لاَسْتَهَمُوا
Seandainya setiap orang tahu keutamaan adzan dan shaf pertama, kemudian mereka ingin memperebutkannya, tentu mereka akan memperebutkannya dengan berundi.” (HR. Bukhari no. 615 dan Muslim no. 437)
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Yang dimaksud hadits adalah seandainya mereka mengetahui keutamaan azan, keagungan dan balasannya yang besar, kemudian waktu azan sudah sempit atau masjid hanyalah satu, pastilah mereka saling merebut untuk azan dengan cara mengundi.” (Syarh Shahih Muslim, 4: 142).
Ini hanyalah sebagian hadits yang membahas tentang keutamaan Adzan, masih banyak lagi hadits-hadits yang menyatakan tentang keutamaannya, Antum bisa merujuk kepada kitab-kitab hadits dalam bab Adzan.

Minggu, 20 November 2011


RENUNGAN MUHARRAM

Tidak terasa waktu terus bergulir, tanpa ada yang bisa menghentikan. Dan Allah bersumpah, "Demi waktu ....," dalam surat Al 'Ashr. Itu berarti waktu amat penting dan harus diperhatikan oleh manusia. Jika tak ada waktu, tidak akan ada perjalanan umur manusia. Tidak memperhatikan waktu dan umur, akan membuat kehidupan sia-sia. Pada ayat selanjutnya Allah mengingatkan, "Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati dalam menetapi kesabaran".

Tahun baru hijriyah sudah di depan mata, baru saja kita memasuki awal bulan Muharram. Apa yang akan diperbuat manusia di tahun depan untuk masa depannya, untuk masa depan bangsa, untuk masa depan Islam?. Manusia diciptakan Allah SWT sebagai makhluk sosial yang selalu berhadapan dengan berbagai persoalan, masalah dan problematika hidup dan kehidupan; pribadi, keluarga, maupun masyarakat dan bangsa, dengan keadaan masalah yang bervariasi. Namun diantara makhluk yang diciptakan Allah, manusia adalah makhluk yang paling potensial, dengan segala kelebihannya. Dengan modal itu manusia bisa mengatasi problematika hidupnya. Tidak mungkin Allah SWT memberi sesuatu beban atau masalah pada hambaNya tapi tidak kuat memikulnya.

Hijrah–secara harfiah berarti berpindah, meninggalkan, berpaling, dan tidak memperdulikan lagi–mempunyai beberapa pengertian. Namun yang lebih penting adalah apa yang berhijrah. Hijrah batiniah atau artinya secara maknawi/filosofis, dimana seorang berpindah dari salah menuju benar lillah, dengan niat yang benar, ikhlas dan aqidah yang lurus. Hijrah dzhahiriah atau dalam artian makani/tempat (fisik), dimana konsep hijrah adalah berpindahnya Nabi Muhammad saw dari Mekah ke Madinah pada 622 M, dalam bentuk perbuatan yang nyata. Sangat perlu apabila makna hijrah tersebut dilihat secara filosofis, sehingga bermakna bagi kehidupan bangsa ini.

Dalam hal apa saja seorang mukmin itu berhijrah? Tentu dalam segala aspek kehidupannya, menuju pada nilai-nilai dan ruh yang selalu menjiwai setiap gerak dan langkah seorang Muslim dari aqidah, syari'ah, akhlaq, sampai kepada adat (kebiasaan). Semua menuju kehidupan yang lebih manusiawi sesuai dengan fitrahnya, sesuai yang telah tersurat dan tersirat dalam Al Qur'an dan Sunnah Nabawiyah. Darimana dimulai? dari diri sendiri, dari dalam diri. Selanjutnya, dari keluarga, kemudian dari masyarakat. Untuk bisa mengukur diri, mengukur kemampuan, sampai seberapa wujud manusiawi kita di hadapan Allah dan di hadapan manusia.

Hijrah dan tahun Hijriyah adalah tonggak kemerdekaan, kemenangan identitas diri dalam; aqidah (keyakinan), sibghoh (celupan), amaliyah (perbuatan), harakiyah (gerakan) "lanaa al maulaa walaa maulaa lahum". Untuk menjalankan "keislaman" tidak perlu melewati toleransi terhadap kemungkaran atau kemaksiatan. Sebagai contoh, Nabi Muhammad saw tidak kafir dan musyrik, dan maksiat lebih dulu, karena ada tuntutan-tuntutan sosial; tidak inulisasi dulu!!!. Jadi tidak karena; keturunan, kekayaan, kejayaan, dan sebagainya yang bersifat keduniaan, lantas mengorbankan harga diri, identitas sebagai seorang Muslim.

Islam dan umat Islam saat ini dikelilingi lingkungan kurungan yang kotor, jauh dari kemanusiaan; Money, monkey, donkey dan bangkai politik, ekonomi, sosial, budaya, keamanan, hukum.

Perang peradaban berjalan terus sejak zaman Nabi Adam sampai zaman Saddam, dan seterusnya (kata pelawak). Konspirasi Internasional membina bakat dan minat tanpa value (nilai).

Kader umat perlu dibina agar mengkondisikan diri, bukan menyesuaikan diri. PENJAJAHAN versus KEMERDEKAAN. Dilengkapi dengan kemampuan menejerial untuk memberdayakan dan mengoptimalkan; sumber daya manusia, sumber daya alam, qolbu, waktu, sosial/kemasyarakatan, ekonomi, organisasi, opini dan lain-lain termasuk di dalamnya manajemen informasi.

Perjalanan panjang kehidupan manusia–dari Nabi Adam as dan Siti Hawa, Qabil dan Habil dengan kasus-kasus yang terjadi, Nabi Nuh as, Nabi Ibrahim as, Nabi Musa as, Nabi Isa as dengan masalah-masalah yang timbul hingga Nabi Muhammad saw adalah proses menuju tatanan dunia baru, kehidupan yang berkemanusiaan dan fitrah yang sempurna.

Jadi hijrah bukan hanya perpindahan dari satu tempat ke tempat lain, juga bukan dari satu sistem ke sistem lain, tapi totalitas HIJRAH dari tanpa bernilai moral kemanusiaan ke tatanan yang bernilai moral kemanusiaan yang sempurna–itulah fitrah. Dari ketergantungan pada sistem penjajah menuju kemerdekaan dan pengusiran segala macam penjajahan (kolonialisme dan neo kolonialisme).

Semua kerusakan di dunia ini akibat dari penyelewengan manusia dari kemanusiaan yang sempurna–fitrah. Bani Israil/Yahudi itu PR kemanusiaan, sampai hari kiamat.

Macam-macam tujuan perubahan, perbaikan dan perpindahan manusia dalam hidupnya antara lain untuk:

  1. Memperbaiki diri, menjadi baik.
  2. Memperbaiki/perbaikan orang lain dan lingkungan.
  3. Kepentingan relatif.
Positif: kebajikan, pengabdian "lillah".
Negatif: hawa nafsu, harta–tahta–wanita, keduniaan "LIDDUNYA"

Catatan diambil melalui pidato KH. Hasan Abdullah Sahal Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo Indonesia pada tanggal 5 Maret 2003. Semoga bermanfaat.
SEKOLAH INSAN BESTARI

Berikut ini adalah video beberapa aktivitas yang ada di Sekolah Insan Bestari, tempat kami belajar untuk mendidik anak-anak.

Selasa, 15 November 2011

صلاة التراويح وصلاة الوتر

صلاة التراويح وصلاة الوتر

‌أ. صَلاَةُ التَّرَاوِيْحِ لِثَمَانِي رَكَعَاتٍ

قراءة البلال والجماعة قبل الركعة الأولى والثانية في صلاة التراويح

الْبِلاَلُ : صَلُّوْا سُنَّةََ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ جَامِعَةً رَحِمَكُمُ اللهُ

الْجَمَاعَةُ : الصَّلاَةُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ

الْبِلاَلُ : اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

الْجَمَاعَةُ : اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ

الْبِلاَلُ : اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَافِعِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ

الْجَمَاعَةُ : اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ

1. من السور التي تقرأ في الركعة الأولى بعد الفاتحة هي التكاثر:

أَلْهكُمُ التَّكَاثُرُ(1)حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ(2)كَلاَّ سَوْفَ تَعْلَمُوْنَ(3)ثُمَّ كََلاَّ سَوْفَ تَعْلَمُوْنَ(4)كَلاَّ لَوْ تَعْلَمُوْنَ عِلْمَ الْيَقِيْنِ(5)لَتَرَوُنَّ الْجَحِيْمَ(6)ثُمَّ لَتَرَوُنَّهاَ عَيْنَ الْيَقِيْنِ(7)ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيْمِ(8)

2. من السور التي تقرأ في الركعة الثانية بعد الفاتحة هي العصر:

وَالعَصْرِ(1)إِنَّ الإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ(2)إِلاَّ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوْا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ(3)


قراءة البلال والجماعة قبل الركعة الثالثة والرابعة في صلاة التراويح

الْبِلاَلُ : فَضْلاً مِنَ اللهِ وَمَغْفِرَةً وَنِعْمَةً

الْجَمَاعَةُ : وَمَغْفِرَةً وَنِعْمَةً

الْبِلاَلُ : اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

الْجَمَاعَةُ : اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ

الْبِلاَلُ : اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِناَ وَحَبِيْبِناَ وَشَافِعِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ

الْجَمَاعَةُ : اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ

3. من السور التي تقرأ في الركعة الثالثة بعد الفاتحة هي الهمزة:

وَيْلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ(1)الَّذِي جَمَعَ مالاً وَعَدَّدَهُ(2)يَحْسَبُ أَنَّ مَالَهُ أَخْلَدَهُ(3)كَلاَّ لَيُنْبَذَنَّ فِي الْحُطَمَةِ(4)وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْحُطَمَةُ(5)نَارُ اللهِ الْمُوْقَدَةُ(6)الَّتِي تَطَّلِعُ عَلَى الأَفْئِدَةِ(7)إِنَّهَا عَلَيْهِمْ مُؤْصَدَةٌ(8)فِي عَمَدٍ مُمَدَّدَةٍ(9)

4. من السور التي تقرأ في الركعة الرابعة بعد الفاتحة هي الفيل:

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيْلِ(1)أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي تَضْلِيْلٍ(2)وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيْلَ(3)تَرْمِيْهِمْ بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيْلٍ(4)فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُوْلٍ(5)

ثم يقرأ الإمام الدعاء بعد الركعة الرابعة

اللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ اللّهُمَّ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ يَا مُجِيْرُ سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

قراءة البلال والجماعة قبل الركعة الخامسة والسادسة في صلاة التراويح

الْبِلاَلُ : فَضْلاً مِنَ اللهِ وَمَغْفِرَةً وَنِعْمَةً

الْجَمَاعَةُ : وَمَغْفِرَةً وَنِعْمَةً

الْبِلاَلُ : اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

الْجَمَاعَةُ : اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ

الْبِلاَلُ : اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِناَ وَحَبِيْبِناَ وَشَافِعِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ

الْجَمَاعَةُ : اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ

5. من السور التي تقرأ في الركعة الخامسة بعد الفاتحة هي قريش:

لإِيْلاَفِ قُرَيْشٍ(1)إِيْلاَفِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاءِ وَالصَّيْفِ(2)فَلْيَعْبُدُوْا رَبَّ هذَا البَيْتِ(3)الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوْعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ(4)

6. من السور التي تقرأ في الركعة السادسة بعد الفاتحة هي الماعون:

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِاالدِّيْنِ(1)فَذلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيْمَ(2)وَلاَ يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِ (3) فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّيْنَ(4)الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلاََتِهِمْ سَاهُوْنَ(5) الَّذِيْنَ هُمْ يُرَآؤُوْنَ(6)وَيَمْنَعُوْنَ المَاعُوْنَ(7)

قراءة البلال والجماعة قبل الركعة السابعة والثامنة في صلاة التراويح

الْبِلاَلُ : فَضْلاً مِنَ اللهِ وَمَغْفِرَةً وَنِعْمَةً

الْجَمَاعَةُ : وَمَغْفِرَةً وَنِعْمَةً

الْبِلاَلُ : اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

الْجَمَاعَةُ : اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ

الْبِلاَلُ : اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِناَ وَحَبِيْبِناَ وَشَافِعِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ

الْجَمَاعَةُ : اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ

7. من السور التي تقرأ في الركعة السابعة بعد الفاتحة هي الكوثر:

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ(1)فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ(2)إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأَبْتَرُ(3)

8. من السور التي تقرأ في الركعة الثامنة بعد الفاتحة هي الكافرون:

قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ(1)لاَ أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُوْنَ(2)وَلاَ أَنْتُمْ عَابِدُوْن مَا أَعْبُدْ(3)وَلاَ أَنَا عَابِدٌ مَاعَبَدْتُمْ(4)وَلاَ أَنْتُمْ عَابِدُوْنَ مَا أَعْبُدُ(5)لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ(6)

‌أ. بعد السلام من الركعة الثامنة قراءة التسبيح

سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوْسِ، سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْمَعْبُوْدِ، سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْمَلَكُوْتِ، سُبْحَانَ ذِي العِزَّةِ وَالْعَظَمَةِ وَالْقُدْرَةِ وَالْهَيْبَةِ وَالسُّلْطَانِ وَالْجَلاَلِ وَالْكَمَالِ وَالضِّيَاءِ وَالآلاَءِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْجَبَرُوْتِ. سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْحَيِّ الْقَيُّوْمِ الَّذِي لاَ يَنَامُ وَلاَ يَمُوْتُ وَلاَ يَفُوْتُ هُوَ أَبَداً. سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّنَا وَرَبُّ الْمَلاَئِكَةِ وَالرُّوْحِ سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ وَلاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ وَلاَحَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ.

ثم يقرأ الإمام الدعاء بعد صلاة التراويح

اللّهُمَّ اجْعَلْنَا بِالإِيْمَانِ كَامِلِيْنِ وَلِفَرَائِضِكَ مُؤَدِّيْنَ وَعَلَى الصَّلَوَاتِ مُحَافِظِيْنَ وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْنَ ولِمَا عِنْدَكَ طَالِبِيْنَ وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ وَبِالْهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ وَعَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنَ وَفِي الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ وَفِي الآخِرَةِ رَاغِبِيْنَ وَبِالْقََضَاءِ رَاضِيْنَ وَبِالنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنَ وَعَلَى الْبَلاَءِ صَابِرِيْنَ وَتَحْتَ لِوَاءِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنَ وَإِلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْنَ وَفِى الْجَنَّةِ دَاخِلِيْنَ وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنَ وَعَلَى سَرِيْرَةِ الْكَرَامَةِ قَاعِدِيْنَ وَبِحُوْرٍ عِيْنٍ مُتَزَوِّجِيْنَ وَمِنْ سُنْدُسٍ وَإِسْتَبْرَقٍ وَدِيْبَاجٍ مُتَلَبِّسِيْنَ وَمِنْ طَعَامِ الْجَنَّةِ آكِلِيْنَ وَمِنْ لَبَنٍ وَعَسَلٍ مُصَفَّيْنِ شَارِبِيْنَ بِأَكْوَابٍ وَأَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِنْ مَعِيْنٍ وَاحْشَرْنَا وَإيَّاهُمْ مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَحَسُنَ أُولئِكَ رَفِيْقًَا ذلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللهِ وَكَفَى بِاللهِ عَلِيْمًا. اللّهُمَّ اجْعَلْنَا فِي هذِهِ اللَّيْلَةِ الشَّرِيْفَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَاءِ الْمَقْبُوْلِيْنَ وَلاَتَجْعَلْنَا مِنَ الأَشْقِيَاءِ الْمَرْدُوْدِيْنَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى خَيْرِ خَلْقِهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِِهِ وَسَلَّمَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبُّ الْعَالَمِيْنَ.

‌ب. صَلاَةُ الْوِتْرِ

قراءة البلال والجماعة قبل الركعة الأولى والثانية في صلاة الوتر

الْبِلاَلُ : صَلُّوْا سُنَّةًَ مِنَ الْوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ جَامِعَةً رَحِمَكُمُ اللهُ

الْجَمَاعَةُ : الصَّلاَةُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ

الْبِلاَلُ : اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

الْجَمَاعَةُ : اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ

الْبِلاَلُ : اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَافِعِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ

الْجَمَاعَةُ : اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ

1. من السور التي تقرأ في الركعة الأولى بعد الفاتحة هي الأعلى:

سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى(1)الَّذِي خَلَقَ فَسَوَّى(2)وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَى(3)وَالَّذِي أَخْرَجَ المَرْعَى(4)فَجَعَلَهُ غُثَاءً أَحْوَى(5)سَنُقْرِئُكَ فَلاَ تَنْسَى(6)إِلاَّ مَاشَاءَ اللهُ إنَّهُ يَعْلَمُ الْجَهْرَ وَمَا يَخْفَى(7)وَنُيَسِّرُكَ لِلْيُسْرَى(8)فَذَكِّرْ إِنْ نَفَعَتِ الذِّكْرَى(9)سَيذَّكَّرُ مَنْ يَخْشَى(10)وَيَتَجَنَّبُهَا الأَشْقَى(11)الَّذِي يَصْلَى النَّارَ الْكُبْرَى(12)ثُمَّ لاَيَمُوْتُ فِيْهَا وَلاَ يَحْيَى(13)قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى(14)وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى(15)بَلْ تُؤْثِرُوْنَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا(16)وَالآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى(17)إِنَّ هذَا لَفِي الصُّحُفِ الأُوْلَى(18)صُحُفِ إِبْرَاهِيْمَ وَمُوْسَى(19)

2. من السور التي تقرأ في الركعة الثانية بعد الفاتحة هي الغاشية:

هَلْ أَتَاكَ حَدِيْثُ الْغَاشِيَةِ(1)وُجُوْهٌ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ(2)عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ(3)تَصْلَى نَارًا حَامِيَةً(4)تُسْقَى مِنْ عَيْنٍ آنِيَةٍ(5)لَيْسَ لَهُمْ طَعَامٌ إِلاَّ مِنْ ضَرِيْعٍ(6)لاَ يُسْمِنُ وَلاَ يُغْنِي مِنْ جُوْعٍ(7)وُجُوْهٌ يَوْمَئِذٍ نَاعِمَةٌ(8)لِسَعْيِهَا رَاضِيَةٌ(9)فِي جَنَّةٍ عَالِيَةٍ(10)لاَ تَسْمَعُ فِيْهَا لاَغِيَةً(11)فِيْهَا عَيْنٌ جَارِيَةٌ(12)فِيْهَا سُرُرٌ مَرْفُوْعَةٌ(13)وَأَكْوَابٌ مَوْضُوْعَةٌ(14)وَنَمَارِقُ مَصْفُوْفَةٌ(15)وَزَرَابِيُّ مَبْثُوْثَةٌ(16)أَفَلاَ يَنْظُرُوْنَ إِلَى الإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ(17)وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ(18)وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ(19)وَإِلَى الأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ(20)فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّرٌ(21)لَسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصَيْطِرٍ(22)إِلاَّ مَنْ تَوَلَّى وَكَفَرَ(23)فَيُعَذِّبُهُ اللهُ الْعَذَابَ الأَكْبَرَ(24)إِنَّ إِلَيْنَا إِيَابَهُمْ(25)ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْ(26)

قراءة البلال والجماعة قبل الركعة الثالثة في صلاة الوتر

الْبِلاَلُ : صَلُّوْا سُنَّةًَ مِنَ الْوِتْرِ رَكْعَةً جَامِعَةً رَحِمَكُمُ اللهُ

الْجَمَاعَةُ : الصَّلاَةُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ

الْبِلاَلُ : اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

الْجَمَاعَةُ : اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ

الْبِلاَلُ : اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَافِعِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ

الْجَمَاعَةُ : اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ

3. السور التي تقرأ في الركعة الثالثة بعد الفاتحة هي:

الإخلاص: قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ(1)اللهُ الصَّمَدُ(2)لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ(3)وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ(4)

الفلق: قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ(1)مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ(2)وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍِ إِذَا وَقَبَ(3)وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ(4)وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ(5)

الناس: قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ(1)مَلِكِ النَّاسِ(2)إِلهِ النَّاسِ(3)مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ(4)الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُوْرِ النَّاسِ(5)مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ(6)

وبعد السلام قراءة الأدعية، فها هي ذه كيفية صلاة التراويح لثماني ركعات.