HIKMAH IBADAH QURBAN BERDASARKAN AL-QUR’AN DAN SUNNAH
Puja dan
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan kenikmatan
kepada kita sangat banyak sehingga kita sendiri tidak akan mampu menghitung
nikmat-nikmat itu. Karenanya dalam permasalahan nikmat, Allah Swt tidak
memerintahkan kita untuk menghitungnya tapi kita diperintahkan untuk mensyukurinya.
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيْدَنَّكُمْ
وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيْدٌ (إبراهيم: 7)
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih". (Ibrahim ayat 7).
Shalawat dan
salam semoga selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad Saw, beserta keluarga,
sahabat dan para pengikut setia serta para penerus dakwahnya hingga hari kiamat
nanti.
Pada hari
yang mulia ini, 10 Dzulhijah 1433 H seluruh umat Islam memperingati hari raya
Idul Adha atau hari raya qurban. Sehari sebelumnya, 9 Dzulhijah 1432 H, jutaan
umat Islam yang menunaikan ibadah haji melaksanakan wuquf di padang Arafah,
berkumpul di Arafah dengan memakai ihram putih sebagai lambang kesetaraan
derajat manusia di sisi Allah, tidak ada keistimewaan antara satu bangsa
dengan bangsa yang lainnya kecuali takwa kepada Allah. Adapun kita yang tidak
pergi haji, disunnahkan melaksanakan ibadah puasa Arafah pada tanggal 9
Zulhijjah tersebut.
Sabda Nabi Saw:
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ
يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ، وَصِيَامُ
يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى
قَبْلَهُ.
“Puasa Arofah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan
datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.”
(HR. Muslim).
Dan Hari ini
juga kita kembali di ingatkan kepada kisah seorang kholilulloh kekasih
Allah SWT, nabi Ibrahim as yang Allah uji kecintaannya, antara cintanya
kepada keluarga (nabi Ismail as dan Siti hajar) dengan cintanya kepada
Allah. Kecintaan nabi Ibrahim As kepada Allah SWT sungguh luar biasa, yaitu
Allah memerintahkannya untuk menyembelih anak kesayangannya nabi Ismail As.
Kisah ini tertulis di dalam Al-Qur’an di dalam surah As-Shaaffaat yang
bermaksud:
“Maka tatkala anak itu sampai (pada
umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku
Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah
apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang
yang sabar". Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan
anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). dan Kami panggillah
dia: "Hai Ibrahim, Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu.
Sesungguhnya Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat
baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak
itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu
(pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang Kemudian, (yaitu)
"Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim". Demikianlah Kami memberi
Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia (yaitu Nabi
Ibrahim) termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.”
Yang
dimaksud dengan membenarkan mimpi ialah mempercayai bahwa mimpi itu benar dari
Allah s.w.t. dan wajib melaksana- kannya. Lalu, Sesudah nyata kesabaran dan
ketaatan Ibrahim dan Ismail a.s. Maka Allah melarang menyembelih Ismail dan
untuk meneruskan korban, Allah menggantinya dengan seekor sembelihan (kambing).
Peristiwa ini menjadi dasar disyariatkannya Qurban yang dilakukan pada hari
raya haji.
Ketaqwaan
kita kepada Allah bisa teruji dengan adanya ibadah qurban ini, seorang yang
akan melaksanakan ibadah qurban jangan sampai salah berniat. Qurban bukan untuk
memperlihatkan kekayaannya, qurban bukan untuk memperlihatkan kedermawanannya,
tetapi qurban adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah, qurban adalah upaya
kita untuk meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah, sebab Allah SWT berfirman
di dalam surah Al-Hajj ayat 37:
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai
(keridhaan) Allah, tetapi Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.
Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan
Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar gembira kepada
orang-orang yang berbuat baik.”
Ibadah qurban ini adalah syariat dan syiar dari Allah SWT, maka barangsiapa
yang meninggikan syiar-syiar Allah itulah orang yang memiliki ketaqwaan
sebenar-benarnya di dalam hatinya.
Lalu Apa sebenarnya makna dan hikmah yang terkandung di dalam ibadah berqurban
ini? Berdasarkan hadits-hadits Nabi Saw, beliau telah menerangkan beberapa
hikmah dari ibadah berqurban, di antaranya yaitu:
1. KEBAIKAN DARI SETIAP HELAI BULU HEWAN KURBAN
عَنْ زَيْدٍ بْنِ أَرْقَمَ قال: قال أَصْحَابُ رَسُوْلِ
اللهِ صلى الله عليه وسلم: يا رسولَ اللهِ مَا هذِهِ الْأَضَاحِي؟ قال: "سُنَّةُ
أَبِيْكُمْ إِبْرَاهِيْمَ عَلَيْهٍئِ الصلاةُ والسلامُ"، قالوا: فَمَا لَنَا
فِيْهَا يَا رسولَ اللهِ؟. قال: "بِكُلِّ شَعْرَةٍ حَسَنَةٌ"، قالوا فَالصَّوْفُ
يا رسولَ الله؟، قال: "بِكُلِّ شَعْرَةٍ مِنَ الصَّوْفِ حَسَنَةٌ، رواه أحمد وابن ماجه والحاكم.
Dari Zaid ibn Arqam, ia berkata para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah
SAW, apakah qurban itu?” Rasulullah menjawab: “Qurban adalah sunnahnya bapak
kalian, Nabi Ibrahim.” Mereka menjawab: “Apa keutamaan yang kami akan peroleh
dengan qurban itu?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai rambutnya adalah
satu kebaikan.”Mereka menjawab: “Kalau bulu-bulunya?”Rasulullah menjawab:
“Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan.” [HR. Ahmad, ibn Majah dan Al Hakim]
Hadits di atas menerangkan dengan jelas betapa banyaknya pahala dan
kebaikan bagi orang yang berqurban. Hadirin pernah tak menghitung jumlah bulu-bulu
kambing atau domba atau lembu? Mungkin membayangkan banyaknya saja tidak pernah
apalagi menghitungnya. Jadi, semakin besar hewan yang kita jadikan qurban maka
semakin banyak pula pahala yang kita peroleh.
2.
BERKURBAN ADALAH
CIRI KEISLAMAN SESEORANG
Di antara cirri-ciri orang Islam yang baik
adalah selalu meningkatkan
keislamannya dengan meninggikan syiar Allah. Pada bulan ini, orang Islam
disyariatkan untuk berqurban, qurban ini tidak terbatas bagi yang kaya saja
tetapi juga bagi siapa yang berkemampuan untuk berqurban maka sangat
dianjurkan. Nabi Saw bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ - رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
- قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وآله وسلم: مَنْ كَانَ لَهُ مَالٌ فَلَمْ
يُضَحِّ فَلَا يُقَرِّبَنَّ مُصَلَّانَا".
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang
mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak berqurban, maka janganlah
ia mendekati tempat shalat kami.” [HR. Ahmad dan Ibnu Majah]
3.
IBADAH KURBAN
ADALAH SALAH SATU IBADAH YANG PALING DISUKAI OLEH ALLAH
Sebenarnya banyak amal ibadah yang paling disukai oleh Allah, seperti
shalat, berpuasa, membaca Al Qur’an dan lain sebagainya. Namun pada hari raya
qurban ini, amalan yang paling Allah sukai adalah berqurban. Maka tatkala amal
ibadah itu Allah sukai, pasti lah ia memiliki nilai yang tinggi di sisi Allah
SWT. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Saw yang artinya:
عَنْ عَائِشَةَ رضي
اللهُ عنها قالت: قال رسولُ الله صلى الله عليه وآله وسلم: مَا تَقَرَّبَ إِلَى
اللهِ تَعَالَى يَوْمَ النَّحْرِ بِشَيْءٍ هُوَ أَحَبُّ إِلَى اللهِ تَعَالَى مِنْ
إِهْرَاقِ الدَّمِ، وَأَنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُوْنِهَا وَأَشْعَارِهَا
وَأَظْلَافِهَا، وَإِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللهِ تَعَالَى بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ
يَقَعَ عَلَى الْأَرْضِ، فَطَيِّبُوْا بِهَا نَفْسًا".
Dari Aisyah, Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak ada amalan anak cucu Adam pada hari raya qurban yang lebih disukai Allah
melebihi dari mengucurkan darah (menyembelih hewan qurban), sesungguhnya pada
hari kiamat nanti hewan-hewan tersebut akan datang lengkap dengan
tanduk-tanduknya, kuku-kukunya, dan bulu- bulunya. Sesungguhnya darahnya akan
sampai kepada Allah –sebagai qurban– di manapun hewan itu disembelih sebelum
darahnya sampai ke tanah, maka ikhlaskanlah menyembelihnya.” (HR. Ibn Majah dan Tirmidzi).
4.
BERKURBAN MEMBAWA
MISI KEPEDULIAN PADA SESAMA, MENGGEMBIRAKAN KAUM DHUAFA
Ibadah qurban merupakan satu cara untuk
mempertingkatkan sikap toleransi di antara sesama umat Islam, dengan qurbannya
itu orang Islam yang berkemampuan bisa menyenangkan kaum dhuafa’ yang mungkin
belum pernah atau jarang memakan daging kambing atau lembu. Di zaman sekarang ini kita sedang mengalami
kesulitan ekonomi, tetapi sulitnya ekonomi kita ini tidaklah sesulit
orang-orang miskin yang ada disana dan di sekitar kita. Kalau kita bisa tiap
hari makan daging, mungkin orang miskin hanya bisa merasakan daging sebulan
sekali atau bahkan setahun sekali. Nabi Saw bersabda yang artinya:
“Hari Raya Qurban adalah hari untuk makan, minum dan dzikir
kepada Allah” [HR. Muslim]
5.
BERKURBAN ADALAH IBADAH
YANG PALING UTAMA
Allah SWT berfirman di dalam surah Al-Kautsar ayat 2:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Maka dirikanlah
shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah.” [Qur’an Surat Al Kautsar : 2]
Di dalam Majmu’ Fatawa karangan Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah, beliau ketika menafsirkan ayat kedua surat Al-Kautsar ini
menguraikan: “Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan Rasulullah Saw untuk mengumpulkan dua ibadah yang
agung ini yaitu shalat dan menyembelih qurban, ini untuk menunjukkan sikap
taqarrub (dekat kepada Allah), tawadhu’ (rendah hati), merasa perlu kepada
Allah SWT, husnuz-zhan (berbaik sangka kepada Allah), keyakinan yang kuat dan
ketenangan hati kepada Allah SWT, menepati janji kepada Allah, melaksanakan perintahnya,
serta keutamaan semuanya itu di sisi Allah.” Beliau juga menegaskan: “Ibadah
harta benda yang paling mulia adalah menyembelih qurban, sedangkan ibadah badan
yang paling utama adalah shalat.”
Allah SWT berfirman:
قُلْ
إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
(الأنعام: 162)
“Katakanlah:
sesungguhnya shalatku, ibadahku
(kurban), hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”
[Qur’an Surat Al An’am : 162]
6.
MENGENANG UJIAN
KECINTAAN DARI ALLAH KEPADA NABI IBRAHIM
Di atas tadi khatib telah menerangkan kisah
nabi Ibrahim As dan Ismail As yang tertulis di dalam Al Qur’an. Intinya, Kecintaan nabi Ibrahim As
kepada Allah dan kesabaran serta kebijaksanaan nabi Ismail As sebagai seorang
anak yang shaleh telah teruji.
Sosok Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail adalah
sosok manusia yang berkualitas tinggi. Dengan pengertian, bahwa manusia
berkualitas adalah manusia yang hidupnya penuh dengan pengabdian dan pengorbanan
yang bersendikan pada unsur-unsur keikhlasan, kesabaran, dan keseimbangan dalam
berpikir dan bertindak. Keempat unsur tersebut merupakan sebagian dari
dasar-dasar untuk menjaga hubungan baik dengan Allah dan manusia, yang dengan
istilah lain disebut dengan berakhlaqul karimah.
Dalam upaya meningkatkan kualitas bangsa,
kita memerlukan manusia yang berbudi pekerti tinggi. Namun sangat disayangkan,
bersamaan dengan kampanye peningkatan kualitas bangsa, kita justru menyaksikan
gejala-gejala krisis akhlak yang sangat memprihatinkan. Umat manusia saat ini
sedang mengalami pergeseran nilai dan krisis akhlak, panutan anak-anak kita sekarang bukan lagi
para sahabat dan ulama-ulama, tetapi sudah berpindah kepada para artis-artis
barat.
Membaca Al-Qur’an dan ke masjid dianggap
sesuatu yang aneh, tetapi pergi ke tempat karaoke merupakan hal yang biasa.
Fikiran anak-anak kita sedang dikotori dengan nyanyian-nyanyian cengeng,
tarian-tarian yang tidak memperlihatkna rasa sopan seperti tarian yang berasal dari Korea, dan lain-lain.
Rasa malu, hormat, cinta kasih sedikit demi
sedikit mulai hilang dalam diri kita, berganti dengan sifat-sifat cuek, halal
dan haram menjadi kabur. Kita tidak lagi menghormati seseorang karena
akhlaknya, tetapi karena kekayaan dan pangkatnya.
Dampak keadaan seperti itu pada lapisan
masyarakat bawah adalah meningkatnya tindak tanduk kejahatan, berupa pembunuhan
sadis, perampokan, perkosaan, perkelahian remaja, dan sebagainya. Sedangkan
pada lapisan masyarakat atas tampak pada maraknya praktek korupsi, monopoli,
dan lain sebagainya. Anak-anak muda yang kita harapkan menjadi tulang punggung
negara di masa mendatang telah termakan oleh budaya-budaya asing yang tidak baik.
Krisis akhlak itulah tantangan paling berat
yang kita hadapi saat ini. Sebagai umat Islam, sudah selayaknya kalau kita
kembali kepada nilai-nilai Alquran dan sunah Rasul dalam mencari jalan keluar.
Semoga kita mampu melaksanakan ibadah qurban ini dengan sebaik-baiknya.
Kalau kita tidak mampu melaksanakannya tahun ini, semoga kita mampu berqurban
di tahun yang akan datang. Kalau kita yang tidak mampu berqurban, mudah-mudahan
anak-anak kita yang diberikan kemampuan untuk berqurban. Paling tidak, ada
salahsatu dari keluarga kita yang berqurban.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar