Laman

Minggu, 20 November 2011


RENUNGAN MUHARRAM

Tidak terasa waktu terus bergulir, tanpa ada yang bisa menghentikan. Dan Allah bersumpah, "Demi waktu ....," dalam surat Al 'Ashr. Itu berarti waktu amat penting dan harus diperhatikan oleh manusia. Jika tak ada waktu, tidak akan ada perjalanan umur manusia. Tidak memperhatikan waktu dan umur, akan membuat kehidupan sia-sia. Pada ayat selanjutnya Allah mengingatkan, "Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati dalam menetapi kesabaran".

Tahun baru hijriyah sudah di depan mata, baru saja kita memasuki awal bulan Muharram. Apa yang akan diperbuat manusia di tahun depan untuk masa depannya, untuk masa depan bangsa, untuk masa depan Islam?. Manusia diciptakan Allah SWT sebagai makhluk sosial yang selalu berhadapan dengan berbagai persoalan, masalah dan problematika hidup dan kehidupan; pribadi, keluarga, maupun masyarakat dan bangsa, dengan keadaan masalah yang bervariasi. Namun diantara makhluk yang diciptakan Allah, manusia adalah makhluk yang paling potensial, dengan segala kelebihannya. Dengan modal itu manusia bisa mengatasi problematika hidupnya. Tidak mungkin Allah SWT memberi sesuatu beban atau masalah pada hambaNya tapi tidak kuat memikulnya.

Hijrah–secara harfiah berarti berpindah, meninggalkan, berpaling, dan tidak memperdulikan lagi–mempunyai beberapa pengertian. Namun yang lebih penting adalah apa yang berhijrah. Hijrah batiniah atau artinya secara maknawi/filosofis, dimana seorang berpindah dari salah menuju benar lillah, dengan niat yang benar, ikhlas dan aqidah yang lurus. Hijrah dzhahiriah atau dalam artian makani/tempat (fisik), dimana konsep hijrah adalah berpindahnya Nabi Muhammad saw dari Mekah ke Madinah pada 622 M, dalam bentuk perbuatan yang nyata. Sangat perlu apabila makna hijrah tersebut dilihat secara filosofis, sehingga bermakna bagi kehidupan bangsa ini.

Dalam hal apa saja seorang mukmin itu berhijrah? Tentu dalam segala aspek kehidupannya, menuju pada nilai-nilai dan ruh yang selalu menjiwai setiap gerak dan langkah seorang Muslim dari aqidah, syari'ah, akhlaq, sampai kepada adat (kebiasaan). Semua menuju kehidupan yang lebih manusiawi sesuai dengan fitrahnya, sesuai yang telah tersurat dan tersirat dalam Al Qur'an dan Sunnah Nabawiyah. Darimana dimulai? dari diri sendiri, dari dalam diri. Selanjutnya, dari keluarga, kemudian dari masyarakat. Untuk bisa mengukur diri, mengukur kemampuan, sampai seberapa wujud manusiawi kita di hadapan Allah dan di hadapan manusia.

Hijrah dan tahun Hijriyah adalah tonggak kemerdekaan, kemenangan identitas diri dalam; aqidah (keyakinan), sibghoh (celupan), amaliyah (perbuatan), harakiyah (gerakan) "lanaa al maulaa walaa maulaa lahum". Untuk menjalankan "keislaman" tidak perlu melewati toleransi terhadap kemungkaran atau kemaksiatan. Sebagai contoh, Nabi Muhammad saw tidak kafir dan musyrik, dan maksiat lebih dulu, karena ada tuntutan-tuntutan sosial; tidak inulisasi dulu!!!. Jadi tidak karena; keturunan, kekayaan, kejayaan, dan sebagainya yang bersifat keduniaan, lantas mengorbankan harga diri, identitas sebagai seorang Muslim.

Islam dan umat Islam saat ini dikelilingi lingkungan kurungan yang kotor, jauh dari kemanusiaan; Money, monkey, donkey dan bangkai politik, ekonomi, sosial, budaya, keamanan, hukum.

Perang peradaban berjalan terus sejak zaman Nabi Adam sampai zaman Saddam, dan seterusnya (kata pelawak). Konspirasi Internasional membina bakat dan minat tanpa value (nilai).

Kader umat perlu dibina agar mengkondisikan diri, bukan menyesuaikan diri. PENJAJAHAN versus KEMERDEKAAN. Dilengkapi dengan kemampuan menejerial untuk memberdayakan dan mengoptimalkan; sumber daya manusia, sumber daya alam, qolbu, waktu, sosial/kemasyarakatan, ekonomi, organisasi, opini dan lain-lain termasuk di dalamnya manajemen informasi.

Perjalanan panjang kehidupan manusia–dari Nabi Adam as dan Siti Hawa, Qabil dan Habil dengan kasus-kasus yang terjadi, Nabi Nuh as, Nabi Ibrahim as, Nabi Musa as, Nabi Isa as dengan masalah-masalah yang timbul hingga Nabi Muhammad saw adalah proses menuju tatanan dunia baru, kehidupan yang berkemanusiaan dan fitrah yang sempurna.

Jadi hijrah bukan hanya perpindahan dari satu tempat ke tempat lain, juga bukan dari satu sistem ke sistem lain, tapi totalitas HIJRAH dari tanpa bernilai moral kemanusiaan ke tatanan yang bernilai moral kemanusiaan yang sempurna–itulah fitrah. Dari ketergantungan pada sistem penjajah menuju kemerdekaan dan pengusiran segala macam penjajahan (kolonialisme dan neo kolonialisme).

Semua kerusakan di dunia ini akibat dari penyelewengan manusia dari kemanusiaan yang sempurna–fitrah. Bani Israil/Yahudi itu PR kemanusiaan, sampai hari kiamat.

Macam-macam tujuan perubahan, perbaikan dan perpindahan manusia dalam hidupnya antara lain untuk:

  1. Memperbaiki diri, menjadi baik.
  2. Memperbaiki/perbaikan orang lain dan lingkungan.
  3. Kepentingan relatif.
Positif: kebajikan, pengabdian "lillah".
Negatif: hawa nafsu, harta–tahta–wanita, keduniaan "LIDDUNYA"

Catatan diambil melalui pidato KH. Hasan Abdullah Sahal Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo Indonesia pada tanggal 5 Maret 2003. Semoga bermanfaat.
SEKOLAH INSAN BESTARI

Berikut ini adalah video beberapa aktivitas yang ada di Sekolah Insan Bestari, tempat kami belajar untuk mendidik anak-anak.